Seseorang sebaiknya tidak pernah menelantarkan keluarganya untuk mendahulukan bisnisnya.
"A man should never neglect his family for business."
~ Walt Disney~
Warnet
Mau Membuat Warung Internet Sendiri?
Oleh:
Kang Onno W. Purbo, M.Sc., Ph.D.
Teknologi Warung Internet harus di akui merupakan teknologi andalan dalam memberikan alternatif akses Internet yang murah bagi banyak orang. Secara umum ada dua (2) hal utama yang perlu diperhatikan dalam membangun Warung Internet, yaitu (1) sisi bisnis / manajemen WARNET dan (2) sisi teknologi WARNET. Saya sangat sarankan untuk ikut secara aktif monitoring mailing list yang berkaitan dengan per-warnet-an di Internet, seperti asosiasi-warnet@yahoogroups.com, asosiasi-warnet-broadband@yahoogroups.com, asosiasiwarnetbandung@yahoogroups.com, kowaba@yahoogroups.com dsb. Maupun berbagai mailing list yang berkaitan dengan teknologi informasi, seperti it-center@yahoogroups.com, linux-setup@linux.or.id, linux-admin@linux.or.id dsb.
Dari sisi bisnis / manajemen WARNET, isu yang ada biasanya berkisar masalah Marketing, Promosi, Usaha Memperoleh Pelanggan, Jangan pernah berkonsentrasi pada teknis karena pada akhirnya sense bisnis menjadi faktor penentu keberhasilan pendapatan anda.
Isu utama yang biasanya menjadi kunci adalah bisnis plan sebuah WARNET, sebagian besar orang sangat gamang karena belum / tidak mempunyai patokan yang pasti tentang bisnis plan WARNET. Sebetulnya saya sudah pernah membuatkan bisnis plan WARNET dalam bentuk file Excel yang dapat di ubah-ubah angka-nya di sesuaikan dengan kondisi di lapangan. File bisnis plan tersebut maupun berbagai informasi tentang WARNET bisa di ambil secara cuma-cuma di http://www.detik.com/net/kolom-warnet/ dan http://www.bogor.net/idkf/fisik/warung-internet/. Komponen dalam bisnis plan tidak banyak sebetulnya, yaitu (1) investasi yang biasanya sekitar Rp. 4 juta-an / PC, (2) biaya operasional yang biasanya akan banyak di habiskan dengan membayar Telkom & ISP selain membayar pegawai, listrik dsb. dan (3) tarif.
Bagi anda yang bisa menghayati usaha WARNET maka sebetulnya sense bisnis-nya sederhana sekali, yaitu:
· Letakan WARNET di tempat yang banyak orang, terutama orang muda.
· Semakin banyak komputer yang digunakan, semakin murah tarif, semakin cepat balik modal.
· Batas minimal komputer yang feasible untuk akses Web sekitar 5 komputer jika menggunakan sambungan telepon dial-up.
Khusus untuk WARNET di sekolah-sekolah / di universitas yang kecil, ada beberapa tip sederhana yang perlu diperhatikan juga, yaitu:
· Kalau bisa siswa membayar langsung dari SPP.
· Melibatkan siswa dalam pengelolaan WARNET supaya ada rasa memiliki diantara siswa selain membantu siswa belajar teknologi lebih dalam.
· Tutup akses Web & chatting, gunakan e-mail sebagai media komunikasi utama di Internet. Biasanya sekolah tidak sadar bahwa akses Web akan menghabiskan pulsa paling banyak & paling mahal untuk membayar Telkom.
Sebagai gambaran umum, untuk sekolah dengan siswa 700 orang, sebagai gambaran umum biaya yang perlu di keluarkan adalah sekitar Rp. 40 juta-an untuk fasilitas WARNET dengan 10 buah komputer. Kelihatannya mahal, padahal tidak sama sekali. Biaya akses e-mail per bulan yang perlu dikeluarkan untuk Telkom & ISP sekitar Rp. 500.000. Akses Web & Chatting sengaja di tutup jika kepala sekolah, guru & yayasan tidak yakin bahwa siswa mampu menjaga diri-nya melakukan surfing di Internet untuk tidak masuk ke situs yang tidak baik.
Modal akan kembali dalam waktu kurang dari satu tahun, jika setiap siswa bersedia untuk membayar tambahan SPP Rp. 3000 / bulan / siswa. Sebuah investasi yang kecil & kemungkinan kembali yang pasti. Di samping itu, biaya Rp. 3000 / siswa / bulan sebetulnya termasuk sedikit sekali, praktis cukup dapat dipenuhi dengan ceria oleh para siswa. Mohon diperhatikan bahwa untuk Rp. 3000 / bulan / siswa ini para siswa hanya dapat menikmati fasilitas e-mail di Interet. Sedangkan Web harus membayar tambahan sekitar Rp. 3500-5000 / jam seperti WARNET biasa, atau jika operator WARNET cukup kreatif, dapat juga sebagian Web di akses melalui CD-ROM lokal. Selanjutnya jika sudah lebih dari satu tahun & sudah balik modal, keuntungan yang diperoleh bisa terus dikembangkan untuk membeli komputer tambahan untuk fasilitas akses Internet agar lebih baik & mudah bagi para siswa.
Dari sisi teknologi Warung Internet, ada beberapa isu besar yang perlu diperhatikan. Secara umum topologi sederhana sebuah WARNET konvensional tampak pada gambar. WARNET terdiri dari sebuah Local Area Network (LAN) yang tersambung ke Internet melalui sebuah gateway yang kadang-kadang juga berfungsi sebagai server. Pada tingkat yang lebih kompleks, konsep ini dapat dikembangkan dengan mudah untuk menyambungkan jaringan di kompleks perumahan (untuk membuat RT/RW-net), di kompleks pertokoan, kompleks perkantoran, di sekolah-sekolah, di kampus-kampus yang pada akhirnya memungkinkan orang Indonesia untuk akses ke Internet dengan biaya yang sangat murah.
Teknik Local Area Network (LAN) relatif cukup mapan, biasanya WARNET menggunakan topologi Bus dengan ethernet 100BaseT yang murah di pasaran pada kecepatan 100Mbps di LAN. Ethernet Card yang baik bisa diperoleh sekitar Rp. 150.000 / card sebaiknya jangan membeli yang murah sekali (sekitar Rp. 70.000-an) karena biasanya jelek. Pada Kampus Network, Kompleks Perumahan, Kompleks Perkantoran tentunya teknik yang digunakan semakin kompleks.
Sambungan jarak jauh dari WARNET ke ISP maupun ke Internet internasional mempunyai variasi yang cukup banyak. Teknik yang paling murah adalah menggunakan dial-up melalui kabel telepon milik Telkom ke ISP lokal. Teknik sederhana ini persis sama dengan pola yang kita pakai untuk akses internet di rumah-rumah. Kecepatan maksimum di Indonesia umumnya sekitar 33.6Kbps karena jaringan Telkom yang ada kualitasnya tidak baik. Biaya akses per bulan yang dikeluarkan bagi WARNET yang cukup aktif menggunakan saluran dial-up ini adalah sekitar Rp. 2.5 juta / bulan dengan kecepatan akses 33.6Kbps yang akhirnya membatasi jumlah komputer yang bisa akses beramai-ramai sekitar 7-10 komputer saja.
Bagi sebagian WARNET, kompleks perkantoran, kompleks perumahan yang lebih maju umumnya mereka tidak lagi menggunakan Telkom karena selain kualitas jaringannnya kurang baik, kecepatan akses-nya juga lambat yang semua mengurangi profit WARNET. Teman-teman yang lebih maju ini umumnya menggunakan peralatan microwave buatan sendiri di frekuensi 2.4GHz, beberapa bereksperimen juga di frekuensi 5.8GHz yang terakhir ada beberapa rekan yang juga mencoba menggunakan gelombang cahaya infra merah di antara beberapa gedung di Jakarta. Kecepatan pengiriman dapat menggunakan peralatan microwave / cahaya infra merah ini cukup menakjubkan sekitar 2-11Mbps yang jauh lebih tinggi dibandingkan Telkom. Jika di paksakan menggunakan gelombang infra merah dapat mencapai kecepatan 155Mbps.
Rekan-rekan WARNET di Bandung, saat ini cukup nekad karena membangun sendiri stasiun bumi untuk akses ke Internet secara langsung pada kecepatan 1Mbps yang kemudian di distribusikan menggunakan microwave di 2.4GHz pada kecepatan 11Mbps. Seluruh infrastruktur menjadi beban biaya sekitar beberapa puluh WARNET sekitar Rp. 4-5.5 juta / bulan / WARNET. Cukup murah mengingat kecepatan yang bisa di capai adalah 1Mbps ke Internet dan 11Mbps antar WARNET.
Pada kesempatan lain akan saya coba jelaskan lagi lebih detail teknologi Warung Internet tersebut. Saya sarankan kalau bisa aktif di berbagai mailing list WARNET maupun mengambil informasi tentang WARNET di http://www.bogor.net/idkf yang gratisan.
Hatur Nuhun Kangge Kang Onno W. Purbo.
"Tanpa cintanya, aku tidak dapat berbuat apa-apa, dengan cintanya, tidak ada yang tidak dapat aku lakukan."
Without His love I can do nothing, with His love there is nothing I cannot do.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar